Presiden Lee Myung-bak kunjungi pasukan Korsel di dekat perbatasan |
Militer Korea Selatan (Korsel) kembali melakukan latihan perang sore ini, ditandai dengan tembakan artileri dan bising suara pesawat jet. Latihan ini bertujuan untuk menunjukkan kekuatan militer Korsel kepada Korea Utara (Korut).
Latihan dilakukan di tanah latihan di Pocheon, provinsi Gyeonggi, berjarak hanya 30 kilometer dari perbatasan Korea Utara (Korut). Kendaraan artileri menembakkan pelurunya ke arah bukit yang beberapa bagiannya telah diberi nomor sebagai penanda sasaran. Pasukan angkatan darat dan udara lainnya juga melakukan latihan yang sama.
Sebanyak 150 jenis senjata digunakan dalam latihan ini. Termasuk diantaranya adalah misil anti-tank K-1, helikopter penyerang AH-1S, sistem peluncur roket ganda dan enam pesawat tempur F-15K dan KF-16. Sebanyak 800 tentara dilaporkan turut mengikuti latihan
Sementara itu, Presiden Lee Myung-bak meninjau garis depan militer Korsel di Yanggu, provinsi Gangwon, yang terletak dekat perbatasan dengan Korut. Lee mengatakan bahwa kesiagaan mengantisipasi serangan Korut merupakan salah satu cara menjaga perdamaian di Semenanjung Korea.
“Saya kira kesabaran dapat menciptakan perdamaian, tapi kenyataannya tidak demikian,” ujar Lee seperti dikutip kantor berita Yonhap, Kamis 23 Desember 2010.
Lee juga menekankan pentingnya persatuan nasional untuk menghadapi ancaman dari Korut. Dia mengatakan bahwa Korut mencoba melakukan provokasi untuk memecah belah publik Korsel.
“Kita dapat mencegah Korut melakukan tindakan provokasi melalui persatuan dan reaksi yang kuat,” ujar Lee.
Pada latihan militer Senin kemarin, Korut yang mengancam akan melakukan serangan tidak membuktikan ancamannya dan tidak mengeluarkan komentar apapun. Kali ini, melalui kantor beritanya, KCNA, pemerintah Korea mengatakan bahwa latihan militer tersebut adalah tindakan yang gila dan provokatif.
“Korsel mencoba untuk menyembunyikan niat provokasinya dibalik latihan perang,” tulis kantor berita tersebut.
Kedua Korea masih dalam keadaan bermusuhan, karena Perang 1950-1953 hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Tahun ini, ketegangan kedua negara kembali terjadi, saat pada Maret lalu Korut menenggelamkan kapal perang Korsel dan menewaskan 42 awak kapal.
Selain itu, pada 23 November lalu, kedua Korea terlibat baku tembak setelah pulau Yeonpyeong dihujani tembakan artileri Korut. Empat warga Korsel tewas akibat insiden itu.
Latihan dilakukan di tanah latihan di Pocheon, provinsi Gyeonggi, berjarak hanya 30 kilometer dari perbatasan Korea Utara (Korut). Kendaraan artileri menembakkan pelurunya ke arah bukit yang beberapa bagiannya telah diberi nomor sebagai penanda sasaran. Pasukan angkatan darat dan udara lainnya juga melakukan latihan yang sama.
Sebanyak 150 jenis senjata digunakan dalam latihan ini. Termasuk diantaranya adalah misil anti-tank K-1, helikopter penyerang AH-1S, sistem peluncur roket ganda dan enam pesawat tempur F-15K dan KF-16. Sebanyak 800 tentara dilaporkan turut mengikuti latihan
Sementara itu, Presiden Lee Myung-bak meninjau garis depan militer Korsel di Yanggu, provinsi Gangwon, yang terletak dekat perbatasan dengan Korut. Lee mengatakan bahwa kesiagaan mengantisipasi serangan Korut merupakan salah satu cara menjaga perdamaian di Semenanjung Korea.
“Saya kira kesabaran dapat menciptakan perdamaian, tapi kenyataannya tidak demikian,” ujar Lee seperti dikutip kantor berita Yonhap, Kamis 23 Desember 2010.
Lee juga menekankan pentingnya persatuan nasional untuk menghadapi ancaman dari Korut. Dia mengatakan bahwa Korut mencoba melakukan provokasi untuk memecah belah publik Korsel.
“Kita dapat mencegah Korut melakukan tindakan provokasi melalui persatuan dan reaksi yang kuat,” ujar Lee.
Pada latihan militer Senin kemarin, Korut yang mengancam akan melakukan serangan tidak membuktikan ancamannya dan tidak mengeluarkan komentar apapun. Kali ini, melalui kantor beritanya, KCNA, pemerintah Korea mengatakan bahwa latihan militer tersebut adalah tindakan yang gila dan provokatif.
“Korsel mencoba untuk menyembunyikan niat provokasinya dibalik latihan perang,” tulis kantor berita tersebut.
Kedua Korea masih dalam keadaan bermusuhan, karena Perang 1950-1953 hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Tahun ini, ketegangan kedua negara kembali terjadi, saat pada Maret lalu Korut menenggelamkan kapal perang Korsel dan menewaskan 42 awak kapal.
Selain itu, pada 23 November lalu, kedua Korea terlibat baku tembak setelah pulau Yeonpyeong dihujani tembakan artileri Korut. Empat warga Korsel tewas akibat insiden itu.