Tampilkan postingan dengan label Teknologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teknologi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 03 Juli 2011

Mobil Sapu Angin Buatan Mahasiswa ITS Yang Irit Bahan Bakar


Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya terus melakukan penyempurnaan terhadap mobil Sapu Angin yang diciptakannya, sehingga semakin irit n bahan bakar.

Tiga mahasiswa angkatan tahun 2007 itu--Eko Hardianto, Buda Yulia Prasetya, dan Ahmad Nurdin Arpah--menciptakan 3 varian mobil Sapu Angin, yakni Sapu Angin 3, 4, dan Sapu Angin 5.

Eko yang merupakan manajer tim menjelaskan, Sapu Angin 3, 4, dan 5 merupakan penyempurnaan mobil Sapu Angin 2 yang tahun lalu berlaga dalam perlombaan mobil irit bahan bakar tingkat Asia di Sirkuit Sepang, Malaysia.

Menurut Eko, Sapu Angin 3 mirip Sapu Angin 2. Namun, Eko dan kedua kawannya melakukan penyempurnaan, khususnya pada penataan desain dan perubahan pada mesin.

”Hasilnya, dengan satu liter bahan bakar premium Sapu Angin 3 bisa menempuh jarak 300 kilometer. Sedangkan Sapu Angin 2 hanya jarak 238 kilometer,” kata Eko kepada Tempo, Minggu, 3 Juli 2011.

Mobil Sapu Angin 4, kata Eko, mirip dengan Sapu Angin 3. Penggunaan bahan bakarnya juga 300 kilometer per liter. Namun, yang membedakannya dengan Sapu Angin 3, Sapu Angin 4 menggunakan mesin diesel.

Sapu Angin 3 dan 4, menurut Eko, adalah varian yang mengusung konsep urban content atau city car. Kedua varian tersebut juga merupakan cikal bakal untuk bisa diproduksi secara massal.

Perbedaan mesin antara Sapu Angin 2 dan 3 ada pada penggunaan mesin yang mereka namai Paijo Experiment (PEX). PEX yang dulunya hanya memakai satu busi kali ini dikembangkan menjadi 2 busi. "Kami juga gunakan sistem injeksi yang kami namai sistem iki uteke (bahasa jawa berarti ini otaknya)," ujar Eko.

Sistem ini secara harfiah dinamakan IQU-TECH. Namun, untuk mempermudah dan memberikan ciri kas Jawa Timuran, sistem tersebut dibaca dengan iki uteke.
Mobil Sapu Angin 5 bahkan jauh lebih irit. Dengan satu liter premium, mobil ini bisa menempuh jarak 1.500 kilometer. Varian ini masih merupakan prototipe dengan bentuk yang dan bobot yang lebih kecil dibandingkan Sapu Angin 3 dan 4.

Dengan kelebihan masing-masing, ketiga varian Sapu Angin itu akan diikutsertakan dalam ajang lomba mobil irit bahan bakar pada "Shell Eco Maraton Asia Tahun 2011" yang akan digelar di Malaysia, 10-14 Juli 2011 mendatang.

”Beberapa perguruan tinggi di Indonesia juga ikut dalam lomba tersebut. Tapi, Sapu Angin 3 adalah satu-satunya mobil yang menggunakan mesin diesel dalam lomba nanti,” ujar Eko pula.

Sumber: http://www.tempointeraktif.com


Kamis, 02 Juni 2011

Prinsip Kerja Time Travel


Time Travel, atau perjalanan menembus waktu, adalah sesuatu yang dianggap sains fiksi pada zaman ini. Banyak sekali film yang mengupas topik mesin waktu, contohnya Back to the future, Terminator, Timeline, Time Machine, Frequency, Heroes, Lost, The 4400, dll. Yang aneh, konsep waktu di beberapa film ini berbeda-beda loh.

Yang dimaksud dengan time travel adalah begini : kita (materi) atau informasi dikirim dengan suatu alat yang dinamakan dengan mesin waktu sehingga kita melompat ke masa depan, atau kembali ke masa lalu. Jadi hidup kita yang cenderung maju menuju masa depan bukanlah dikatakan time travel.
 
Misalkan kamu berangkat dari jakarta dengan pesawat supersonik MACH2 pukul 5 sore dan kamu sampai di Irian jaya beberapa menit kemudian dan waktu disana sudah menunjukkan pukul 7.13 malam. Ini bukan time travel, hanya perbedaan waktu di dua tempat yang bujurnya berbeda. Kalau kamu sampai di Irian jaya dan tiba-tiba waktu sudah berlalu 5 tahun, nah, itu baru time travel.

Tapi apakah time travel itu mungkin terjadi menurut ilmu fisika? Fisika newton

mengatakan tidak, karena waktu bagi Isaac Newton adalah bagaikan anak panah yang ditembakkan. Ia melaju searah dan tetap. Jam berdetak sama cepatnya dimanapun di jagat raya ini. Lalu datang pak Albert Einstein yang membuktikan kalau rupanya Newton itu salah besar. Einstein bilang, waktu itu bagaikan aliran air di sungai. Ia bisa dipercepat, diperlambat, dan kadang ia bermuara di suatu tempat, kadang sungainya malah bercabang dua. Fisika Einstein yang terkesan gila ini ternyata memungkinkan terjadinya time travel.
 
Alasan mengapa time travel tidak mungkin terjadi........!!!

Tapi banyak ilmuwan besar yang menganggap time travel itu tidak mungkin/tidak boleh terjadi. Stephen Hawking, misalnya. Beliau adalah genius yang tidak percaya pada time travel. Ia terus berusaha membuktikan kalau time travel itu tidak mungkin dilakukan. Anehnya, sampai saat ini, tidak ada satupun hukum di fisika yang melarang terjadinya time travel. Time travel mungkin terjadi!

Lalu Stephen Hawking mengeluarkan satu pertanyaan yang sangat terkenal, yang bertujuan untuk membungkam orang yang terobsesi dengan membuat mesin waktu. Dia bilang begini :

“Kalau mesin waktu itu ada, dan time travel itu bisa diciptakan, mengapa kita belum menjumpai turis yang datang dari masa depan? Seharusnya turis2 sekarang sudah membanjiri zaman ini, datang dari masa depan untuk mengambil foto dsb. Mengapa belum ada seorang pun?”

1. Grandfather Paradox
Ini paradoks yang paling terkenal. Begini maksudnya : Misalkan kamu kembali ke masa lalu dan membunuh kakekmu, maka ayah mu tidak pernah dilahirkan dan akibatnya kamu tidak pernah ada. Kalau kamu tidak pernah ada, bagaimana kamu bisa kembali ke masa lalu dan melakukan pembunuhan itu?

2. Information paradox
Misalnya kamu kembali menemui dirimu sendiri dimasa lalu dan memberikan rahasia membuat mesin waktu kepada dirimu yang lebih muda. Dirimu yang lebih muda itu kemudian menggunakan rahasia itu untuk membangun mesin waktu dan kemudian menggunakan mesin waktu itu untuk kembali mengunjungi dirimu dan memberikan rahasia mesin waktu itu. Ini paradoks karena dari mana informasi asli (rahasia mesin waktu itu) berasal?

Contoh information paradox dapat kita lihat di film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, ketika Harry Potter kembali ke masa lalu dan berhasil membuat mantra patronus padahal dia sebelumnya tidak mampu. Ketika ditanya kenapa dia bisa membuatnya, dia bilang, aku bisa kali ini karena aku sudah membuatnya. Masuk akal gak? Haha..

3. Bilker’s Paradox
Misalnya, kamu menggunakan mesin waktu utk kemasa depan, & di masa depan kamu melihat dirimu menikah dengan seorang cewek yg namanya Jane. Lalu kamu kembali ke masa sekarang dan malah menikahi cewek lain yang namanya Cindy, maka masa depanmu sudah berubah & pertanyaanya, kok dimasa depan yg pertama saya bisa nikah sama Jane?

4. Sexual Paradox
Paradox ini lebih membingungkan lagi. Kamu kembali ke masa lalu & bertemu dengan ibumu ketika dia masih remaja. Kalian jatuh cinta & akhirnya menikah dan punya anak. Anak itukah dirimu? Mungkinkah kamu meng-ayah-i dirimu sendiri? Ini dapat dilihat di film Back To The Future, dimana Marty kembali ke masa lalu & bertemu ibunya yg kemudian jatuh cinta pada dirinya.

Contoh Sexual paradox yg lebih aneh adalah seperti ini : Sebuah novel Janus Equation karya G Spruill, seorang ilmuwan bertemu seorang gadis yg sangat cantik & mereka jatuh cinta, lalu menikah. Setelah beberapa lama, ternyata ilmuwan itu mengetahui kalau gadis itu pernah operasi plastik & operasi kelamin & dia sesungguhnya adalah laki-laki. Bahkan ternyata gadis itu adalah sang ilmuwan sendiri yg datang dari masa depan. Ini artinya dia berhubungan seks dengan dirinya sendiri. Kita jadi bertanya-tanya, bagaimana kalau mereka punya anak, dan misalkan anak ini kembali ke masa lalu dan menjadi ilmuwan dan memulai semuanya lagi, mungkinkah kamu jadi ayah, ibu, dan anak sekalian?

Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7345166


Sabtu, 05 Maret 2011

Satelit Bumi Gagal Mencapai Orbit Setelah Peluncuran

NASA's Earth observation satellite Glory, illustrated here, failed to reach orbit.


Satelit pengamat Bumi “ Glory”  gagal mencapai orbit pada hari Jumat setelah tutup pelindung perusahaan tidak terpisah setelah diluncurkan, kata seorang pejabat NASA. 

"Fairing tidak terpisah dan kendaraan tidak memiliki kecepatan yang cukup untuk dapat mencapai orbit," kata seorang pejabat di NASA TV, Dia menambahkan bahwa "tidak ada indikasi mengapa hal tersebut bisa sampai terjadi."

Dia mengatakan akan ada jumpa pers di sekitar 7:30 (12:30 GMT). 

Peluncuran satelit – rencananya  untuk mengukur aerosol di atmosfer bumi untuk membantu menjelaskan dampaknya terhadap iklim - ditunda pada 23 Februari setelah kontrol tanah tak terduga yang terdeteksi 15 menit sebelum lepas landas. 

Pada hari Jumat itu meroket jauh dari Vandenberg Air Force Base di California dengan roket empat tahap Taurus-XL jam 02:09 (10:09 WIB), tapi NASA segera melaporkan bahwa hal itu memperlambat dan tidak akan mencapai orbit. 

Sebuah kecelakaan serupa terjadi pada Februari 2009, ketika sebuah satelit yang dirancang untuk memantau emisi karbon dioksida global jatuh ke laut di dekat Antartika setelah gagal mencapai orbit, yang merupakan kemunduran bagi ilmu iklim. 

Saat itu juga, misi kesalahan fatal terjadi beberapa menit setelah lepas landas ketika sebuah kerucut hidung clamshell seperti dikenal sebagai fairing, yang melindungi satelit selama pendakian tersebut, gagal untuk memisahkan dengan benar. 

Glory membawa instrumen yang akan dipergunakan untuk mengukur aerosol dan mempelajari bagaimana matahari berinteraksi dengan atmosfer. 

"Baik aerosol dan energi matahari mempengaruhi anggaran energi planet - jumlah energi yang masuk dan keluar atmosfer bumi," kata NASA menjelang peluncuran.

"Sebuah pengukuran yang akurat dari dampak tersebut adalah penting dalam rangka mengantisipasi perubahan iklim masa depan kita dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi kehidupan manusia." 

Glory satelit dan roket Taurus berdua dibangun oleh Orbital Sciences Corp yang berbasis di Virginia.
 
Satelit itu sendiri beratnya £ 1164 (528 kilogram), dan membawa dua instrumen utama, Aerosol polarimetri Sensor dan pancaran total Monitor yang akan diarahkan pada matahari. 

Glory seharusnya grafik kursus orbit 340 mil laut di atas bumi, sebelum menggunakan sistem propulsi on-board untuk meningkatkan orbit dengan 438 mil laut. 

Saat itu seharusnya bergabung dengan apa yang dikenal sebagai "Train A-" Bumi-mengamati satelit dikirim oleh NASA. 

Lima sudah ada - Aqua, Cloudsat, Calipso, Parasol dan Aura - terbang dalam formasi, melintasi khatulistiwa setiap sore. Glory akan menjadi anggota keenam kelompok.


Sumber : Discovery Channel


Senin, 31 Januari 2011

New hybrid airships prepare to take flight

London (CNN) - Jika Anda berpikir airships adalah sebuah kendaraan  tua, sebaikanya pikirkan lagi.

Sebuah jenis baru daripada airships tipe hybrid telah bersiap-siap untuk diluncurkan  dengan harapan dapat menggantikan zeppelin  pada abad ke-21 ini.


Perbedaannya adalah radikal kata Michael Stewart, chief executive Dunia SkyCat Ltd, sebuah perusahaan Inggris yang telah merancang sebuah kendaraan udara baru, SkyLiner.

"Terobosan ini adalah untuk menggabungkan pesawat dengan pesawat, menciptakan hibrida," kata Stewart.

Perpaduan antara (lebih ringan dari udara-) helium dengan gaya angkat
aerodinamis pesawat mengubah segalanya, katanya.

Dua pendorong di kedua sisi dari cangkang kain laminasi mampu mengatur kontrol pada kecepatan rendah, sementara fitur lainnya menyingkirkan dengan kebutuhan untuk awak darat ketika hibrida perlu untuk melakukan pendaratan.

"Sebuah pesawat jenis kami, membawa katakanlah 200 ton atau lebih, dengan sistem pendaratan-bantalanudara adalah dapat mendarat tanpa ada landasan pacu - pada tundra dan tanah semi-kasar," kata Stewart.

Beberapa tahun yang lalu, SkyCat menguji prototipe (dengan "Sky Kitten") dan ingin mulai model bangunan mampu mengangkut muatan dari 50 ton, meningkat menjadi 1.000 ton.

Sejauh ini, sudah
bekerja keras mengamankan dukungan finansial.

"Tidak seperti airships konvensional, di mana beberapa juta dolar akan membuat Anda ke udara, untuk membangun
mesin hybrid ini memerlukan biaya ratusan juta," kata Stewart.

Tanpa rasa takut, ia menunjuk ke perintah baru-baru ini dijamin oleh perusahaan saingan, yang berbasis di Inggris Hybrid Air Kendaraan Ltd yang tahun lalu memenangkan kontrak untuk membangun pesawat hibrida yang sama untuk kontraktor militer AS Northrop Grumman.

The $ 517.000.000 "Long Endurance Multi-Intelligence Kendaraan" (LEMV) lebih panjang dari lapangan sepak bola dan akan memberikan dataran tinggi (20.000 kaki) surveilans untuk pasukan AS di Afghanistan pada tahun 2012.

Tapi Stewart berpendapat kekuatan unik hibrida ini adalah lebih baik dilayani di tempat lain.

"Tidak diragukan lagi, pasar besar akan berada di kargo Salah satunya adalah barang biasa, di mana Anda dasarnya bersaing dengan 747.. Dan ada pasar lain untuk mengeksploitasi dimana tidak ada alternatif hibrida," kata dia.

Tanah yang tidak dapat diakses oleh semua moda transportasi lainnya akan terbuka untuk kendaraan udara hibrida yang mana akan membuka peluang untuk menambang sumber daya alam di daerah terpencil atau membantu dengan misi kemanusiaan.

Biaya untuk mengoperasikan kendaraan ini  rendah juga. Stewart memperkirakan kendaraan muatan 50 ton akan menghabiskan biaya sekitar $ 1.500 per jam untuk bahan bakar, pemeliharaan dan kru.

Ini airships baru juga menarik perhatian nama didirikan lebih dalam penerbangan.

Pada tahun 2008, Boeing mengumumkan telah bekerja sama dengan Skyhook untuk mengembangkan kendaraan tugas angkat berat.

Bagian balon udara, helikopter bagian, Skyhook JHL-40 pesawat mampu mengangkut beban sling 40 ton sampai dengan 200 mil, seperti yang diungkapkan Boeing .

Dan sebuah perusahaan Australia berbasis pengembangan crane udara disebut SkyLifter yang menggambarkan sebagai "vertikal pick-up dan pesawat pengiriman" yang mampu membawa 150 ton.

Pangeran  Steve, penerbit Air Cargo World, mengatakan jenis pesawat baru hibrida bisa menemukan tempat di pasar kargo udara di tahun-tahun mendatang, tetapi bukan sebagai operasi yang dijadwalkan secara rutin.

"Masa depan adalah dalam piagam dan ad hoc jenis operasi untuk proyek-proyek khusus yang memerlukan kargo akan dikirimkan ke daerah-daerah yang tidak mudah diakses, jika mereka dapat diakses di semua daerah - daerah dimana bandara tidak ada atau jalan raya tidak dapat mendukung
pembangunan proyek, "kata Pangeran.

Source : translated from http://edition.cnn.com


Minggu, 16 Januari 2011

NASA temukan planet terkecil di luar tata surya

Nasa menemukan planet terkecil di luar tata surya. Ukurannya 1,4 kali ukuran Bumi. 
 

Planet yang diumumkan Senin(10/1) tersebut diberi nama Kepler 10-b, sesuai nama teleskop yang digunakan untuk menemukannya.

Penemuan planet ini adalah hasil pengumpulan data dari teleskop ruang angkasa sejak Mei 2009 hingga awal Januari 2010. Natalie Batalha, ilmuwan NASA yang menemukan planet tersebut, mengungkapkan bahwa Kepler merupakan planet berbatu, sama seperti bumi. "Berbeda dengan beberapa jenis planet lain yang terdiri atas massa gas," kata Batalha.

Ukuran Kepler 10-b tergolong terkecil sebab hanya 1,4 kali ukuran bumi. Sementara itu, massa planet ini sekitar 4,5 kali massa bumi. Sejauh ini, belum pernah ditemukan planet mirip bumi di luar tata surya yang berukuran sekecil ini.

Meski mirip dengan bumi karena terdiri atas batuan, suhu planet ini terlalu panas untuk mendukung kehidupan. Salah satu sisinya bersuhu 2700 derajat Fahrenheit. Menurut pendapat ilmuwan, suhu panas ini disebabkan jarak Kepler 10-b dan bintangnya 20 kali lebih dekat dibandingkan jarak Merkurius-Matahari.

umber: Kompas.com


Kaca metalik: material baru paling kuat sekaligus paling keras


Para ilmuwan di California, Amerika Serikat, membuat kaca metalik yang memiliki kombinasi kekuatan dan kekerasan yang lebih hebat daripada materi-materi yang ada saat ini.

Material baru ini punya struktur kimia yang menetralkan kerapuhan kaca dan mempertahankan kekuatan. Kacanya tidak terlalu padat dan lebih ringan daripada baja. Beratnya sebanding dengan berat alumunium atau campuran titanium.

Ilmuwan material dari Lawrence Berkeley National Laboratory Robert O. Ritchie mengatakan kalau material ini mungkin adalah kombinasi terbaik antara kekuatan dan ketahanan. Ritchie mengakui kalau material baru ini bukan yang terkuat. "Tapi kombinasi terbaik antara kekuatan dan kekerasan," kata Ritchie. Artinya, ada materi yang lebih keras, tapi kalah kuat. Ada juga materi yang lebih kuat, tapi kalah keras oleh material ini.

Penelitian terhadap gelas metalik ini sudah beberapa tahun dilakukan oleh peneliti di California Institute of Technology (Caltech). Penelitian dipimpin oleh Marios D. Demetriou.

Pada penelitian yang terdahulu, Demetriou dan timnya melibatkan proses pengkristalan. Akan tetapi pada gelas metalik ini, tidak ada proses pengkristalan, hanya campuran mikro antara paladium, silikon, germanium, dan perak. "Setiap elemen mengkristal secara efektif saat berdiri sendiri. Ketika dicampurkan, material jadi bingung, tidak tahu cara untuk mengkristal. Prosesnya jadi lambat," jelas Ritchie.

Caltech masih akan mencoba resep lain. Saat ini, gelas metalik masih mahal dan sulit dibuat karena mengandung lima jenis metal serta butuh proses pendinginan. Jadi, penggunaan gelas metalik ini dalam produk masih butuh waktu lama. Material seperti ini dapat digunakan untuk pembangunan jembatan, pembuatan perahu, pesawat, serta material untuk mesin industri. 

Sumber: Popsci


Minggu, 09 Januari 2011

Tilang Elektronik Mulai Diberlakukan Awal 2012

JAKARTA  — Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya pada Januari 2012 akan melakukan penerapan penegakan hukum pelanggar lalu lintas (tilang) melalui elektronik atau disebut Electronic Law Enforcement (ELE).


Akan terpasang beberapa kamera pengintai di jalan-jalan protokol di Jakarta. “Kami akan memasang 3 kamera dari Blok M sampai Kota, yang mana kamera itu bisa memotret pelanggaran lalu lintas (lalin). Ini sebagai pilot project pertama, jika sukses nantinya akan diperluas,” jelas Irjend (Pol.) Sutarman, Kapolda Metro Jaya.

Untuk menyukseskan program ini Polda Metro Jaya akan bekerjasama dengan PT Registrasi dan Identifikasi Nasional (RIN) dalam menyiapkan perangkat infrastrukturnya. Setiap kendaraan akan dipasangi on-board unit (OBU). OBU yang diberi nama Q Free ini adalah alat berupa chip yang dipasang di spion mobil. “Alat ini berfungsi seperti sidik jari pada mobil,” kata Jaya Usama, Direktur RIN.

Sebagai tahap awal 500 ribu Q Free diberi secara gratis untuk kendaraan umum, mobil polisi dan mobil milik pemerintah.  Nantinya alat ini dipasang di dalam mobil baru dengan bekerjasama bersama ATPM.

OBU ini berisi data registrasi dan administrasi kendaraan tersebut. Sehingga, petugas tidak perlu bersusah payah untuk menghentikan kendaraan yang melakukan pelanggaran. Q Free memancarkan infrared. Sehingga, kendaraan yang dipasangi Q Free akan terdeteksi saat melintas di titik yang sudah dipasangi kamera pengintai.

Kamera pengintai ini terintegrasi dengan komputer. Sehingga data pelanggaran akan tercatat secara otomatis dan tersambung ke TMC Polda Metro Jaya. “Kalau ada pelanggaran lalin mulai dari tanggal berapa, jam berapa dan apa pelanggarannya, akan tercatat,” jelas Usama.

Hasil cetak dari kamera pengintai itu nanti akan dikirim ke alamat pemilik kendaraan. Pemilik kendaraan nantinya membayar denda tilang di pengadilan.

“Q Free ini akan disosialisasikan lebih dulu kepada masyarakat. ELE akan mulai diterapkan pada  Januari 2012,” jelas Kapolda Metro Jaya


Kamis, 23 Desember 2010

Chip Pertama dengan Dua Miliar Transistor




 Intel, Dengan empat inti (core), chip Tukwila bisa mengolah data lebih efektif meskipun hanya kecepatan prosesnya hanya 2 GHz.


Untuk pertama kalinya di dunia, dalam satu keping chip silikon tertanam dua miliar transistor. Rekor tersebut dipecahkan produsen prosesor komputer, Intel, dalam sebuah chip prosesor berinti empat (quad core).

Chip yang diberi nama Tukwila ini didesain sebagai prosesor komputer server. Meskipun demikian, chip tersebut baru bekerja pada frekuensi hanya 2 GHz, atau dengan kecepatan memproses data setara sebuah komputer personal.

Chip tersebut juga dibuat dengan platform teknologi 65 nanometer. Padahal, Intel saat ini sudah memiliki platform lebih tinggi dengan teknologi 45 nanometer.

"Ini mencerminkan bahwa dibutuhkan waktu untuk mendesain prosesor tersebut," kata Justin Ratner, chief technology officer Intel, seperti dikutip BBC, Senin (4/2). 

Namun, kehadiran chip tersebut menjadi tonggak sejarah dalam teknologi chip. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa industri chip masih mampu memenuhi Hukum Moore yang sejak tahun 1965 menjadi pendorong perkembangan teknologi komputasi. Hukum yang berawal dari pandangan pendiri Intel, Gordon Moore, menyatakan bahwa jumlah transistor dalam satu keping chip akan berlipat ganda setiap dua tahun.

Pada tahun 2005, sebuah chip paling banyak hanya tersusun dari 592 juta transistor. Sebuah chip dengan satu miliar transistor dicapai Intel tahun 2006.

"Ini bukan sebuah revolusi, ini tahap evolusi berikutnya," kata Malcolm Penn, seorang analis di Future Horizons menanggapi kehadiran Tukwila. 

Meskipun dilengkapi transistor dua miliar, Tukwila bukanlah prosesor tercepat. IBM tahun lalu merilis prosesor Power6 yang bekerja dengan frekuensi 4,7 GHz, namun jumlah transistornya hanya 790 juta.

Dengan jumlah transistor lebih dari dua kali lipat daripada Power6, Tukwila memiliki memori cache dan register jauh lebih besar. Memori cache menyimpan data yang akan diproses chip untuk sementara waktu. Semakin dekat memori cache dengan prosesor, makin cepat data diolah.

"Mikroprosesor awalnya tidak memiliki memori cache sendiri - semua di luar chip - dan sekarang mereka dapat menaruh sebanyak mungkin sampai batas kemampuan chip," ujar Penn. Inilah tren chip ke depan.

Tukwila dan teknologi chip terbaru Intel akan dipamerkan dalam International Solid State Circuits Conference (ISSCC) in San Francisco.(BBC)


Jumat, 17 Desember 2010

Teknologi Robot Untuk Militer

Ada sebuah artikel menarik di Washington University di St Louis situs tentang peningkatan penggunaan robotics dalam operasi militer. Beberapa peneliti universitas dan Smart dicatat bahwa militer mengharapkan agar robot diimplementasikan sebagai kekuatan sampai 30% di tahun 2020 oleh militer. Dengan peningkatan penyebaran yang tak udara kendaraan (UAV), robot mencari IED dan perangkat pengawasan robot,  dengan ini tampaknya tujuan penciptaan robot akan segera tercapai. Dengan memperhatikan hal itu mungkin waktu untuk yang akan mempertanyakan militer robot dapat digunakan untuk fasilitas keamanan dari radiasi kimia?

 

Menurut artikel yang ini generasi robot perangkat disebarkan dengan militer AS memanfaatkan beberapa tingkat teleoperation; yang jauh manusia menggunakan perangkat komunikasi untuk mengontrol operasi dari robot. Dpt diramalkan untuk masa depan robot perangkat militer dan keamanan layanan mereka akan memiliki fungsi utama jauh oleh dengan pengendali manusia. Pada umumnya peningkatan penggunaannya diarahkan sebagai robot penolong atau kontrol dari perangkat dan layanan.

Security Roles for Robots

Most military robots currently deployed are being used as human-substitutes in high risk situations like explosive ordinance disposal (EOD) or IED detection. The defining exception to that generality is the use of UAV’s for long-linger time observation of remote areas. This is the most likely model for initial robotic security deployments.


Many large chemical facilities have lengthy perimeters that are difficult to secure. Irregular fence lines, natural and man-made obstructions, and lack of manpower make it difficult to detect and confirm perimeter incursions. Early detection is the key to allowing for adequate deployment times for active security measures.

Perimeter Surveillance

Larger UAV’s like the Predator would not be practical for any but the largest facilities. There are a number of smaller UAV’s that may be more appropriate for large high-risk chemical facilities. They could be used for both routine perimeter patrol and immediate response for checking out intrusion detection system alerts. Adding chemical sensors would allow for their use in monitoring dispersion of chemical clouds.


As the ability to employ semi-autonomous navigation (point-to-point route selection for example) for ground robots improves their utility for perimeter patrol and immediate response will increase. If the operator can navigate the robot by selecting a series of pre-programmed locations instead of driving the robot, a single operator will then be able to operate multiple observation robots. This will go a long way to overcoming the security manpower cost problem.

Armed Robots for Emergency Response

One of the most controversial uses of robotics in military service is the use of the robot as a weapons platform. Even with full teleoperational control of the weapon system, there are still concerns about inadvertent weapons discharge due to control system or communication system malfunction. These concerns may be substantially reduced by using non-lethal weapons.


Many of these concerns, and general concerns about weapons employment in a chemical facility, could be further reduced by adding a redundant safety-interlock to the weapon’s control system. This interlock could prevent the weapon from being discharged in a number of pre-defined situations. ‘No Fire Zones’ could be programmed into the interlock to prevent weapons discharge in unsafe areas of the facility. A flammability sensor could be added to the platform to prevent discharge of a ‘fired’ weapon in a flammable environment.
A Future for Robotic Security

As the military continues to improve the sophistication of their robotic systems it becomes more likely that security robots will be deployed in the defense of high-risk chemical facilities. Not only does the sophistication increase, but the unit cost of these robotic systems will come down. Additionally, the number of experienced robotic operators that are veterans of robotic combat operations will increase.


It is likely that it will be these veterans that will be behind the companies that develop and start the deployment of security robots. With their government supplied education, practical experience, and security training they will be the natural leaders of the robotic security businesses of the future.

The Israel Army is procuring more unmanned ground vehicles for combat missions in border areas. (Memang rencana busuk sudah dijalankan oleh Israel, seperti yang terjadi di Gaza sekarang ini).



The Ground Forces Command has purchased ast least four UGVs for combat missions along the Gaza Strip and Israeli border with Lebanon. The platforms were identified as G-Nius, developed and produced by Israel’s Elbit Systems.


“We don’t need manned patrols along the border,” Elbit Systems president Joseph Ackerman said. “We could use UGVs.” [On Aug. 5, the Israel Air Force announced the deployment of the Sniper electro-optic reconnaissance system. Sniper, developed in Israel by several defense contractors, was said to enable air defense operators to track fighter-jets at a distance of more than 70 kilometers.]

US army in 2020

U.S. technologists have revealed that the country’s military has plans to have about 30 per cent of the Army comprised of robotic forces by approximately 2020.


Doug Few and Bill Smart of Washington University in St. Louis say that robots are increasingly taking over more soldier duties in Iraq and Afghanistan, and that the U.

S. Army wants to make further additions to its robotic fleet.

They, however, also point out that the machines still need the human touch.
“When the military says ‘robot’ they mean everything from self-driving trucks up to what you would conventionally think of as a robot. You would more accurately call them autonomous systems rather than robots,” says Smart, assistant professor of computer science and engineering.


All of the Army’s robots are teleoperated, meaning there is someone operating the robot from a remote location, perhaps often with a joystick and a computer screen.


While this may seem like a caveat in plans to add robots to the military, it is actually very important to keep humans involved in the robotic operations.

 It’s a chain of command thing. You don’t want to give autonomy to a weapons delivery system. You want to have a human hit the button. You don’t want the robot to make the wrong decision. You want to have a human to make all of the important decisions,” says Smart.


The technologist duo says that researchers are not necessarily looking for intelligent decision-making in their robots. Instead, they are working to develop an improved, “intelligent” functioning of the robot.


“It’s oftentimes like the difference between the adverb and noun. You can act intelligently or you can be intelligent. I’m much more interested in the adverb for my robots,” says Few, a Ph.D. student who is interested in the delicate relationship between robot and human.


He says that there are many issues that may require “a graceful intervention” by humans, and these need to be thought of from the ground up.


“When I envision the future of robots, I always think of the Jetsons. George Jetson never sat down at a computer to task Rosie to clean the house. Somehow, they had this local exchange of information. So what we’ve been working on is how we can use the local environment rather than a computer as a tasking medium to the robot,” he says.


Few has incorporated a toy into robotic programming, and with the aid of a Wii controller, he capitalizes on natural human movements to communicate with the robot.

 

According to the researchers, focussing on a joystick and screen rather than carting around a heavy laptop would help soldiers in battle to stay alert, and engage in their surroundings while performing operations with the robot.

 

“We forget that when we’re controlling robots in the lab it’s really pretty safe and no one’s trying to kill us. But if you are in a war zone and you’re hunched over a laptop, that’s not a good place to be. You want to be able to use your eyes in one place and use your hand to control the robot without tying up all of your attention,” says Smart.


Devices like unmanned aerial vehicles, ground robots for explosives detection, and Packbots have already been inducted in the military.


“When I stood there and looked at that Packbot, I realized that if that robot hadn’t been there, it would have been some kid,” says Few. (ANI)



Bagaimana dunia di masa yang akan datang ? terutama teknologi militer menggunakan robot.


Selasa, 14 Desember 2010

Ganggang Air Bisa Jadi Sumber Bahan Bakar


Saat ini bioetanol banyak dipakai sebagai pengganti bahan bakar minyak. Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, berhasil meneliti ganggang air alias alga bisa dipakai sebagai bahan pembuatan bioetanol. Untuk satu liter bioetanol, hanya butuh 0,67 kilogram Algae spirogyra.

Para mahasiswa ITS itu adalah Sulfahri dan Eko Sunarto dari Jurusan Biologi FMIPA, serta Siti Mushlihah dan Renia Setyo Utami dari Teknik Lingkungan FTSP. Mereka mulai melakukan penelitian sejak April lalu yang didanai hibah Dikti dan menemukan kelebihan
Algae spirogyra jika diolah menjadi bioetanol.

Lewat penelitian, mereka membuktikan kalau alga lebih efisien dijadikan bioetanol dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Untuk menghasilkan satu liter bioetanol dibutuhkan 8 kg ubi jalar atau 6,5 kg singkong atau 5 kg jagung. Namun, untuk hasil yang sama, dengan
Algae spirogyra hanya diperlukan 0,67 kg.

Sulfahri menyebutkan tertarik meneliti alga karena selama ini bioetanol banyak dihasilkan dari tanaman pangan seperti jagung, singkong, dan ubi jalar. Padahal, bahan-bahan ini masih dibutuhkan sebagai penopang bahan pangan. Sementara alga tersebar di mana-mana dan kandungan karbohidratnya lebih tinggi ketimbang jagung atau umbi-umbian.


Algae spirogyra
atau ganggang air yang dipakai sebagai penelitian adalah yang hijau berbentuk benang. Alga yang tersusun atas sel-sel yang membentuk untaian panjang seperti benang ini berkembang biak secara vegetatif dengan cara fragmentasi dan perkembangbiakan secara generatif dengan konjugasi

Algae spirogyra
memiliki kandungan karbohidrat hingga 64 persen. Karbohidrat dibutuhkan dalam proses fermentasi yang menghasilkan bioetanol. Alga cepat berkembang biak dan tidak membutuhkan lahan luas. Selain itu, proses fermentasi juga lebih cepat.

Pengolahan diawali dengan pengeringan manual di bawah terik matahari (lebih kurang tiga hari) atau dikeringkan dalam oven. Setelah kering dicampur air dengan perbandingan 1:15. Lalu dihancurkan  dengan blender atau mesin.


Selanjutnya dipanaskan atau proses hidrolisis sekitar dua jam dan didinginkan dalam suhu hingga 4 derajat celsius. Untuk membantu proses fermentasi, ditambahkan enzim aminase. "Proses fermentasi 10 hari memiliki hasil lebih baik," kata Eko.


Untuk mendapatkan bioetanol, dilakukan destilasi. "Hasil dan kualitas tak kalah jika dibandingkan dengan bioetanol bahan lain," tegas Sulfahri.


Kebutuhan BBM nasional bisa dipenuhi lewat produksi bioetanol. Hingga Maret 2008, kebutuhan BBM Indonesia mencapai 1,3 juta barrel per hari, padahal produksi BBM nasional hanya sekitar 900.000 barrel per hari. Sementara total produksi bioetanol Indonesia hingga 30 Juni 2008 hanya sekitar 160.000 kiloliter.


Sabtu, 11 Desember 2010

Prinsip Dasar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Teori Einstein tentang kesetaraan massa dan energi telah membuka kemungkinan baru untuk memperoleh energi dari pemecahan atau penggabungan massa. Rumus kesetaraan dari Einstein yang sangat sederhana dan terkenal menyatakan bahwa energi sama dengan massa dikalikan dengan kuadrat kecepatan cahaya. Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) adalah salah satu hasil teknologi yang dibuat berdasarkan teori Einstein tersebut.

Prinsip dasar PLTN

Pada dasarnya PLTN beroperasi dengan prinsip yang sama seperti pembangkit listrik konvensional, tetapi dengan perbedaan pada cara pembangkitan panas untuk menghasilkan uap. Pada pembangkit listrik konvensional, panas dihasilkan dari pembakaran bahan fosil (minyak, batubara, gas), sedang pada PLTN panas dihasilkan dari reaksi pembelahan inti atom bahan bakarnya (Uranium) di dalam reaktor nuklir. Panas yang dihasilkan digunakan untuk membangkitkan uap di dalam alat pembangkit uap dan kemudian, sama seperti pada pembangkit konvensional, uap digunakan untuk menggerakkan turbin dan generator untuk menghasilkan listrik. Dalam membangkitkan listrik, PLTN tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat atau CO2, SO2, NOx ke lingkungan.

Gambar di bawah ini menunjukkan skema prinsip pengoperasian PLTN jenis reaktor tekan (PWR).

Pembelahan Inti

Seperti sudah disebutkan di atas, panas untuk membangkitkan uap dalam PLTN didapatkan dari proses pembelahan inti. Gambar di bawah ini menunjukkan proses pembelahan inti. Bila sebuah partikel neutron berhasil masuk ke dalam inti atom bahan bakar Uranium, maka inti Uranium menjadi lebih tidak stabil dan akibatnya mengalami pembelahan. Hasil dari pembelahan ini adalah dua buah atom materi yang lain, 2 sampai 3 buah neutron baru dan energi. Total massa seluruh materi yang terbentuk sesudah terjadinya pembelahan inti atom Uranium lebih kecil daripada sebelum terjadi pembelahan. Selisih massa inilah yang berubah menjadi energi. Neutron baru yang terbentuk setelah pembelahan inti dapat menumbuk inti atom Uranium lain dan seterusnya menghasilkan atom materi lain, 2-3 buah neutron baru dan energi. Demikian seterusnya sehingga terbentuklah sebuah reaksi berantai. Satu gram Uranium akan dapat menghasilkan daya sebesar 1 juta watt selama 1 hari. Seandainya sebuah rumah menggunakan energi sebesar 1000 kilowatt-jam dalam sehari, maka energi yang dihasilkan 1 gram Uranium dapat digunakan selama sekitar 24 hari.


Agar reaksi berantai tidak berkembang menjadi tidak terkendali, seperti halnya bom atom, maka digunakanlah bahan kendali, antara lain terbuat dari cadmium, untuk membuat reaksi berantai berjalan stabil dan terkendali.

Neutron baru hasil pembelahan memiliki kecepatan yang sangat tinggi, karena itu agar dapat lebih mudah masuk ke dalam inti atom neutron ini harus diperlambat. Bahan yang sering digunakan sebagai pelambat atau moderator adalah air biasa yang telah dihilangkan mineralnya. Bisa juga digunakan air berat, atau grafit sebagai moderator sesuai dengan jenis bahan bakarnya.

Panas yang dihasilkan di dalam bahan bakar uranium sangat tinggi. Jika tidak dilakukan pendinginan maka bahan bakar bisa mengalami kerusakan atau meleleh. Ada beberapa jenis bahan yang biasanya dipakai sebagai pendingin, misalnya air ringan, air berat, logam natrium cair, dan gas. Pemilihan jenis pendingin bergantung juga kepada jenis bahan bakarnya.

Pemenuhan Energi

Indoneseia yang dulu kaya dengan sumber energi, kini tidak lagi demikian. Sumber daya minyak bumi Indonesia sekitar 321 miliar barrel (1,2 persen potensi dunia), gas bumi sekitar 507 TSCF (3,3 persen potensi dunia), batu bara sekitar 50 miliar ton (3 persen potensi dunia), panas bumi sekitar 27.000 MW (40 persen potensi dunia), dan tenaga air sekitar 75.000 MW (0,02 persen potensi dunia). Cadangan terbukti minyak bumi pada tahun 2002 sekitar 5 miliar barrel, cadangan terbukti gas bumi sekitar 90 TSCF, dan cadangan terbukti batu bara sekitar 5 miliar ton.

Dengan tingkat produksi seperti pada tahun 2002, dan bila tidak ada cadangan terbukti baru, cadangan minyak bumi akan habis dalam waktu 10 tahun, gas bumi 30 tahun, dan batu bara 50 tahun. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Kongres I Organisasi Profesi Praktisi Akuntansi Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Baturaden, 12 Desember lalu, memperkirakan cadangan minyak bumi kita hanya dapat mencukupi kebutuhan hingga tujuh tahun ke depan. Bagaimana kita memenuhi kebutuhan energi nantinya?

Jika kita terus menggunakan bahan bakar fosil, maka kita akan terus bergantung kepada negara produsen, dan untuk membelinya dibutuhkan devisa yang besar. Salah satu cara yang memungkinkan adalah pemanfaatan PLTN. Dengan kebutuhan bahan bakar yang tidak terlalu besar dan frekuensi penggantian yang panjang, maka PLTN dapat dianggap sebagai sumber energi semi-domestik. Dengan tingkat keselamatan yang semakin baik sejak terjadinya kecelakaan di Three Mile Island dan Chernobyl, maka kekuatiran akan terjadinya kecelakaan dapatlah dikurangi. Dengan beberapa faktor di atas dan faktor lain lagi, maka PLTN memiliki potensi untuk menjadi salah satu penghasil energi untuk menunjang pembangunan Indonesia.\


Sumber : http://www.batan.go.id


Walhi Minta Kaji Ulang Pembangunan PLTN Wilayah Bangka Belitung


Wahana Lingkungan Hidup simpul Wilayah Bangka Belitung, meminta Pemprov agar mengkaji ulang rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir karena dampak yang ditimbulkan cukup besar.

"Kami meminta Pemprov mengkaji ulang rencana pembangunan PLTN karena akan menganggu stabilitas keamanan, kesehatan dan kehidupan sosial warga," kata Koordinator Walhi simpul Wilayah Babel, Yudho Himawan Marhoed di Pangkalpinang, Jumat.

Ia menilai, rencana pembangunan PLTN di Babel terlalu dini dan prematur karena tidak melibatkan tokoh masyarakat, LSM dan masyarakat umum dalam perencanaan pembangunannya.

"Dampak PLTN lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya seperti dampak segi kesehatan warga apabila terjadi kebocoran, dampak sosial, pengamanan dan masyarakat masih banyak yang kontra rencana pembangunan PLTN tersebut," ujarnya.

Selain itu, kata dia, pembangunan PLTN di Babel belum didukung suber daya manusia (SDM) masyarakat yang masih rendah untuk menerima pemanfaat teknologi nuklir.

"SDM warga belum siap memanfaatkan teknologi nuklir itu, sebab, PLTN itu menuntut kedisiplinan dan kualitas kerja yang tinggi. Infrastruktur dan sumber daya manusia yang dimiliki belum siap untuk itu.

Selain itu, konsekuensi dari kehadiran PLTN itu sangat riskan dan dampaknya sangat besar jika terjadi kebocoran akibat kelalaian. Radiasi radio aktif dari uraniumnya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga lingkungan hidup," ujarnya.

Menurut dia, gagasan untuk menjawab kebutuhan listrik dengan menghadirkan PLTN, bukan sesuatu yang cerdas dan tepat.

"Kita memiliki sumber daya alam untuk sebagai energi pembangkit listrik yang sebenarnya bisa dikelola dengan baik tanpa menimbul kan dampak yang membahayakan warga dan lingkungan seperti tenaga air, matahari, angin dan lainnya yang lebih aman," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, diminta pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk meninjau ulang rencana pembangunan PLTN tersebut.

"Kami menolak pembangunan PLTN dan meminta pemerintah meninjau ulang rencana pembangunan tesebut karena dampaknya lebih besar dari manfaat PLTN tersebut," ujarnya.


Kamis, 09 Desember 2010

Aspal Bisa Menghasilkan Tenaga Listrik

crispgreen.com & goodcleantech.com

Aspal bukan hanya buat jalan untuk kendaraan bermotor agar meluncur dengan mulus dan cepat. Ia juga digagas untuk mengumpulkan energi matahari atau surya. Energi itu selanjutnya diubah menjadi energi listrik yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. 
 
Ide itu muncul karena aspal sering diterpa sinar matahari. Buktinya, kendati sudah malam, aspal masih tetap hangat. Keinginan memanfaatkan aspal untuk mengumpulkan energi makin besar karena ia ada di berbagai tempat! 
 
Riset memanfaatkan aspal untuk mengumpulkan energi matahari pernah dicoba oleh Worcester Polytechnic Institute (WPI) di Worcester, Massachusetts, pada 2006.

Caranya, seperti yang dipaparkan oleh David A Todd, insinyur senior dan pelatih di CEI Engineering Associates, Inc, dalam buildipedia.com, energi panas dikumpulkan melalui panel surya yang ditaruh di bawah lapisan aspal. Selanjutnya, energi panas diubah menjadi listrik. Dijelaskan pula, titik optimal panas berada sekitar dua inci di bawah permukaan aspal. 
 
Tidak mudah
Kendati ide tersebut dinilai jenius dan tampak sederhana, pewujudannya tidaklah mudah. Pertanyaan yang muncul, bagaimana proses perawatan, misalnya, jika kita ingin mengganti panel surya? Kalau aspal sering dibongkar, kondisi itu dipastikan mengganggu kelancaran lalu lintas.

Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Gregory W Perry, PE, Senior Project Engineer for Flower Mound, Texas, ketika WPI mengumumkan pengembangan ide tersebut pertama kali di simposium tahunan International Society for Asphalt Pavements di Zurich, Swiss. 
 
Gregory malah kemudian melontarkan ide dan solusi. Menurutnya, sebaiknya pengumpulan energi ini dilakukan di tempat-tempat beraspal yang jarang digunakan. Misalnya, area yang jarang dipijak di pinggir landasan bandara, pusat perbelanjaan atau mal, dan trotoar. 
 
“Tempat parkir juga bisa dimanfaatkan untuk hal ini. Aspalnya rusak karena panas ban dan mesin mobil plus matahari. Sayang, energi tersebut terbuang begitu saja,” ungkap Perry. Dia juga menjelaskan, jalan yang tidak bisa dimanfaatkan adalah tol dan jalanan di dalam kota yang padat.

Tiga lapis

Ide lebih ekstrem dilontarkan oleh Solar Roadways, sebuah perusahaan kecil di Sagle, Idaho. Pemiliknya, Scott dan Julie Burshaw, mengklaim sudah membuat protitipe pemanfaatan panas di jalan raya. 
 
Jalan raya versi Solar Roadways ini terdiri dari tiga lapis. Lapisan atas atau pertama, dinamai Roadway Surface Layer dengan permukaan tembus pandang (semacam plastik atau gelas) yang keras, padat, dan berkontur. Dengan demikian, sinar matahari bisa menembus ke bagian lapisan yang mengumpulkan energi panas.
 
Lapisan kedua, pengontrol panas yang diperoleh sekaligus memantau kualitas panel dan perangkat (memberi tahu bahwa sejumlah komponen sudah harus diganti). Sementara itu, lapisan ketiga atau dasar (paling bawah) adalah panel surya lengkap dengan mekanisme untuk meneruskan energi kepada pengguna. 
 
Lebih mantap lagi, lapisan pertama dipasangi pula dengan LED sebagai marka atau pesan buat pemakai jalan. Tulisan "maju" atau "stop" bisa tertera di situ.

Lapisan pertama ini pun terdiri dari beberapa komponen teknologi tinggi yang dapat mengukur kepekaan jalan terhadap beban sekaligus mengontrol energi yang diperoleh.

Sumber : kompas.com


Rabu, 08 Desember 2010

Bodi Mobil Masa Depan Juga Berfungsi sebagai Baterai

Konsep pengembangan materi bodi mobil yang juga berfungsi sebagai baterai

Baterai yang menyimpan energi ketika mobil direm atau ketika dicolokkan ke stop kontak listrik di rumah atau tempat pengisian lainnya (charger). Ide yang hebat! 
 
Menurut para ahli Volvo Cars di Swedia, ide tersebut bisa saja menjadi kenyataan. Pasalnya, para ahli dan insinyur mereka saat ini memang sedang melalukan tes mengkaji visi tersebut untuk diwujudkan. Dijelaskan, Volvo merupakan satu dari sembilan peserta dalam proyek pengembangan materi ini dengan melibatkan para ahli lintas negara atau internasional. 
 
Ide itu muncul karena pengembangan mobil hibrida dan listrik menghadapi tantangan berat pada baterai. Saat ini, baterai yang digunakan terlalu besar dan berat. Akibatnya, bobot mobil bertambah dan menyebabkan efisiensi kurang. 
 
Untuk itu, pada awal tahun ini, Imperial College di London bersama 9 perusahaan Eropa dan lembaga lainnya membentuk proyek pengembangan materi baru tersebut. Untuk perusahaan otomotif, hanya Volvo yang dilibatkan.  

Dijelaskan pula, proyek ini mendapatkan bantuan 3,5 juta euro dari Uni Eropa. Targetnya, mengembangkan campuran serat karbon komposit dengan resin polimer. Materi ini nantinya bisa menyimpan dan menghasilkan energi lebih cepat dibandingkan baterai konvensional. 
 
Pada saat yang sama, sifat lain yang dikembangkan terhadap materi ini adalah bahan tersebut harus sangat kuat dan lentur agar bisa dibentuk menjadi panel bodi mobil. Berdasarkan perhitungan dari para ahli yang terlibat, panel dengan materi baru tersebut akan mengurangi bobot mobil 15 persen. 
 
HP dan laptop
Awalnya, ide tersebut muncul untuk menggunakan tempat ban serep yang kosong buat baterai. “Ruang yang relatif besar tersebut bisa dimanfaatkan untuk menempatkan baterai, tetapi ternyata masih kurang untuk memperoleh energi yang lebih besar. Kalau cuma untuk mematikan-menghidupkan mesin saat mobil tidak jalan, misalnya saat menunggu lampu kembali hijau, pemanfaatan ruang ban serep untuk baterai cukup,” papar Per-Ivar Sellergren, insinyur pengembangan pada Volvo Cars Material Centre. 
 
Dijelaskan pula, target Volvo berpartisipasi dalam proyek ini adalah untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan materi yang dikembangkan tersebut. “Kami ingin berbagi pengalaman teknologi yang akan disatukan di masa yang akan datang. Kami bisa menyumbangkan ide-ide keuntungan dan kekurangan dalam bentuk biaya dan kemudahan penggunaannya,” lanjut Per-Ivar. 
 
Ditambahkan, “Hampir setiap hari saya membaca bahwa ide-ide tentang teknologi ini dapat digunakan atau terus dikembangkan. Potensinya sangat luar biasa dan banyak orang tertarik.” 
 
Jika proyek ini sukses, maka lingkup penggunaannya sangat luas. Misalnya, telepon selular akan menjadi lebih tipis seperti kartu kredit dan laptop juga semakin enteng. 

sumber : kompas.com