Sekarang produsen sepeda motor makin gencar menggunakan anti-lock brake system (ABS) pada produknya. Tidak hanya pada motor gede (moge), juga ukuran menengah atau di atas 250cc.
Bisa jadi, salah satu faktor yang mendorong adalah data yang dipublikasikan Insurance Institute for Highway Safety (IIHS), Amerika Serikat. Dinyatakan, pengendara sepeda motor bermesin di atas 250 cc dan dilengkapi dengan ABS, tingkat kecelakaan fatalnya lebih rendah 28 persen dibandingkan dengan yang tidak menggunakannya.
Studi lain yang diterbitkan oleh Swedish Road Administration pada 2009, menyimpulkan 40 persen kecelakaan serius atau fatal terjadi karena pengendara tidak mau menggunakan sepeda motor tanpa ABS.
Lebih Rumit
Sistem rem pada sepeda motor berbeda dengan mobil. Malah cara mengoperasikan dinilai lebih rumit. Pasalnya, kalau pada mobil cukup menggunakan satu pedal untuk mengoperasikan keempat rem (malah truk dan bus lebih banyak lagi), untuk sepeda motor – mayoritas – roda depan dan belakang, dioperasikan secara terpisah.
Sistem rem pada sepeda motor berbeda dengan mobil. Malah cara mengoperasikan dinilai lebih rumit. Pasalnya, kalau pada mobil cukup menggunakan satu pedal untuk mengoperasikan keempat rem (malah truk dan bus lebih banyak lagi), untuk sepeda motor – mayoritas – roda depan dan belakang, dioperasikan secara terpisah.
Untuk depan, umumnya menggunakan tuas yang berada di setang. Sedangkan di belakang, dioperasikan melalui pedal oleh kaki pengendara (kecuali skutik). Akibatnya, saat mengerem tenaga yang sampai ke rem depan dan belakang tidak bersamaan. Di lain hal, rem depan membutuhkan tenaga lebih kuat karena harus menanggung beban besar.
Dengan kondisi seperti itu pula, sistem ABS pada motor tidak sama dengan mobil. Harus mempertimbangkan berbagai aspek. Misalnya kenyamanan bagi pengendara. Bahkan, problem yang cukup memusingkan para insinyur adalah memasang ABS pada sepeda motor supersport. Pasalnya, sepeda motor jenis ini, lebih pendek, titik gravitasi tinggi. Semua itu akan mempengaruhi pemasangan, kehandalan, stabilitas dan kenyamanan pengendara
ABS Kombinasi
Sebelum menerapkan teknologi ABS terbaru pada sepeda motor, para insinyur mempelajari karakteristik pengendara. Ternyata, berdasarkan survei, banyak pengendara tidak bisa melakukan pengereman secara bersamaan. Padahal untuk memperoleh pengereman lebih aman dan jarak yang pendek, diperlukan keseimbangan dan bekerja pada waktu bersamaan.
Sebelum menerapkan teknologi ABS terbaru pada sepeda motor, para insinyur mempelajari karakteristik pengendara. Ternyata, berdasarkan survei, banyak pengendara tidak bisa melakukan pengereman secara bersamaan. Padahal untuk memperoleh pengereman lebih aman dan jarak yang pendek, diperlukan keseimbangan dan bekerja pada waktu bersamaan.
Jika pengendara melakukan pengereman mendadak di depan – rem mengunci pula – dipastikan sepeda motor dan pengendaranya jatuh. Maklum, roda belakang masih terus berputar karena ditarik oleh mesin. Hanya pengendara yang berpengalaman atau piawai memacu sepeda motor yang bisa melakukan pengereman secara seimbang, sehingga mereka tetap lebih aman. Atau pun ketika mereka melakukan atraksi.
Nah, faktor tersebutlah yang menyebabkan produsen melengkapi sepedamotornya dengan ABS model terbaru. Dasarnya sama saja dengan ABS konvensional, tetap menggunakan sirkuit rem yang diatur oleh komputer. Namun pengoperasian rem, selain digabungkan antara depan belakang, juga seakan-akan sirkuitnya juga bisa bekerja secara terpisah. Semua berkat sistem ABS kombinasi yang makin canggih.
Pemakaian ABS pada sepedamotor sebenarnya juga bukan baru. Sebelum abad ke-21 (sekitar awal 1990-an) Honda sudah merintisnya. Terutama untuk sepeda motor besar. Malah BMW sudah menggunakan pada 1988 dan Honda pada 1992.
ECC-ABS
Perkembangan menarik dari teknologi pengamanan ini adalah ABS kombinasi. Honda menyebutnya Electronically Controlled Combined-ABS.(ECC-ABS). Sistemnya sama dengan “Brake by Wire”. Jadi saat pengendara mengoperasikan peda atgau tuas rem, bukan hidraulik rem yang langusng bekerja, tetapi perintah dalam dalam bentuk sinyal listrik.
Perkembangan menarik dari teknologi pengamanan ini adalah ABS kombinasi. Honda menyebutnya Electronically Controlled Combined-ABS.(ECC-ABS). Sistemnya sama dengan “Brake by Wire”. Jadi saat pengendara mengoperasikan peda atgau tuas rem, bukan hidraulik rem yang langusng bekerja, tetapi perintah dalam dalam bentuk sinyal listrik.
Selanjutnya, sinyal tersebut diteruskan ke unit tenaga (power unit) yang mendistribusikan tenaga pengereman ke roda depan dan belakang. Pada mobil sama dengan Electronically Brakeforce Distribution (EBD).
Komputer menghitungkan distribusi tenaga untuk rem depan dan belakang berdasarkan gerakan yang diberikan pengendara. Dengan cara ini, pengontrolan terhadap ABS jadi lebih mantap, nyaman bagi pengendara dan tidak menimbulkan getaran dari roda maupun dari tuas dan pedal rem.
Lebih Praktis
Pemasangan rangkaian komponen ECC-ABS dinilai Honda juga lebih praktis dibandingkan sistem konvesional. Pasalnya, jumlah komponen lebih sedikit. Komponen rem yang dipasang pada suspensi atau garpu depan hanya sensor. Sisa dari sistem dipasang di bagian tengah bodi sepeda motor dengan rapi.
Pemasangan rangkaian komponen ECC-ABS dinilai Honda juga lebih praktis dibandingkan sistem konvesional. Pasalnya, jumlah komponen lebih sedikit. Komponen rem yang dipasang pada suspensi atau garpu depan hanya sensor. Sisa dari sistem dipasang di bagian tengah bodi sepeda motor dengan rapi.
ECC-ABS memungkinkan pengendara melakukan pengereman presisi di roda belakang melalui pedal. Saat rem belakang dioperasikan dengan tenaga penuh, hanya ABS roda belakang yang bekerja. Sedangkan depan tidak. Seakan-akan terpisah. Kendati demikian, pada kondisi tertentu, tenaga pengereman distribusi sesuai laju sepeda motor untuk rem depan dan belang. Menjadikan, sepeda motor dan pengendara lebih aman!
Sumber : kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar