Reaktor nuklir Bushehr, Iran. AP/Vahid Salemi |
Teheran-Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad kemarin menuding Israel dan Amerika Serikat berada di balik aksi bom mobil yang menewaskan seorang ilmuwan nuklir Iran, Dr Majid Shahriari, ahli fisika kuantum dengan spesialisasi transportasi neutron. Ia tewas ketika mobil yang dinaikinya menuju kantor meledak akibat bom bermagnet.
"Tak diragukan lagi, rezim Zionis dan Barat terlibat pembunuhan ini!" kata Ahmadinejad. Telunjuk pun diarahkan kepada Dinas Intelijen Luar Negeri Israel (Mossad) dan Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA). "Mereka terus-menerus berupaya melakukan sabotase kemajuan teknologi (nuklir) kami," ujar Menteri Dalam Negeri Mustafa Muhammad-Nazar.
Kepala Badan Tenaga Atom Iran Dr Ali Akbar Salehi membenarkan kabar bahwa Shahriari adalah bekas muridnya, yang kini terlibat dalam proyek besar di negeri itu. Namun Salehi, seperti dilansir kantor berita Iran, IRNA, tak menyebutkan proyek apa yang dimaksud. "Dia salah satu ahli isotop nuklir terbaik yang kami miliki," katanya. Benarkah?
Situs berita Inggris, The Guardian, menyebutkan bahwa Shahriari tak tahu apa-apa seputar proyek nuklir di negerinya kendati ia dikenal sebagai ahli fisika kuantum yang bekerja untuk Universitas Dewan Ketahanan Nasional Iran, yang dikelola Angkatan Bersenjata Iran. "Dia ilmuwan biasa, bukan politikus," demikian seperti dilansir The Guardian.
Media Inggris, The Huffington Post, malah menyebut Shahriari merupakan pendukung Mir-Hussin Musafi, reformis yang kalah dalam pemilihan umum presiden tahun lalu oleh Ahmadinejad. Kendati begitu, nama Shahriari masuk daftar sejumlah tokoh dan ilmuwan di Iran yang dicekal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Lain halnya dengan Profesor Fereydoon Abbasi, 52 tahun, yang juga nyaris tewas pada hari yang sama saat Shahriari diserang. Abbasi, pakar pemisahan isotop, memang pernah menjadi anggota Garda Revolusi Iran. Abbasi dan istrinya selamat meski mobil yang ditumpangi mereka meledak. Istrinya ikut terluka parah.
Pemerintah Israel dan Mossad, yang baru saja memiliki bos baru, Tamir Pardo, belum menanggapi tuduhan Iran itu. Selain menuding Mossad dan CIA, Teheran menuding Badan Intelijen Luar Negeri Inggris (MI6) ikut andil. Sedikitnya dua ilmuwan nuklir Iran tewas dalam serangan beberapa tahun ini, salah satunya Masud Ali Muhammadi.
Entah sebuah kebetulan, aksi pengeboman ini terjadi tak lama setelah kawat diplomatik Amerika Serikat yang dikirim sejumlah kedutaan dan lembaga milik Amerika dilansir situs WikiLeaks. Dalam kawat diplomatik itu disebutkan, Raja Arab Saudi Abdullah berulang kali meminta Amerika menyerang Iran, yang dianggap membahayakan Timur Tengah.
Namun Presiden Iran Ahmadinejad justru menganggap kebocoran kawat diplomatik itu disengaja guna membuat Iran dan negeri-negeri Arab bermusuhan. "Kebocoran itu disengaja oleh Amerika Serikat," katanya. "Tapi informasi itu tak memiliki dampak hukum apa pun dan tak akan merusak hubungan Iran dengan negara-negara Arab."
Sumber : http://www.tempointeraktif.com
0 komentar:
Posting Komentar