Wahana Lingkungan Hidup simpul Wilayah Bangka Belitung, meminta Pemprov agar mengkaji ulang rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir karena dampak yang ditimbulkan cukup besar.
"Kami meminta Pemprov mengkaji ulang rencana pembangunan PLTN karena akan menganggu stabilitas keamanan, kesehatan dan kehidupan sosial warga," kata Koordinator Walhi simpul Wilayah Babel, Yudho Himawan Marhoed di Pangkalpinang, Jumat.
Ia menilai, rencana pembangunan PLTN di Babel terlalu dini dan prematur karena tidak melibatkan tokoh masyarakat, LSM dan masyarakat umum dalam perencanaan pembangunannya.
"Dampak PLTN lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya seperti dampak segi kesehatan warga apabila terjadi kebocoran, dampak sosial, pengamanan dan masyarakat masih banyak yang kontra rencana pembangunan PLTN tersebut," ujarnya.
Selain itu, kata dia, pembangunan PLTN di Babel belum didukung suber daya manusia (SDM) masyarakat yang masih rendah untuk menerima pemanfaat teknologi nuklir.
"SDM warga belum siap memanfaatkan teknologi nuklir itu, sebab, PLTN itu menuntut kedisiplinan dan kualitas kerja yang tinggi. Infrastruktur dan sumber daya manusia yang dimiliki belum siap untuk itu.
Selain itu, konsekuensi dari kehadiran PLTN itu sangat riskan dan dampaknya sangat besar jika terjadi kebocoran akibat kelalaian. Radiasi radio aktif dari uraniumnya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga lingkungan hidup," ujarnya.
Menurut dia, gagasan untuk menjawab kebutuhan listrik dengan menghadirkan PLTN, bukan sesuatu yang cerdas dan tepat.
"Kita memiliki sumber daya alam untuk sebagai energi pembangkit listrik yang sebenarnya bisa dikelola dengan baik tanpa menimbul kan dampak yang membahayakan warga dan lingkungan seperti tenaga air, matahari, angin dan lainnya yang lebih aman," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, diminta pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk meninjau ulang rencana pembangunan PLTN tersebut.
"Kami menolak pembangunan PLTN dan meminta pemerintah meninjau ulang rencana pembangunan tesebut karena dampaknya lebih besar dari manfaat PLTN tersebut," ujarnya.
"Kami meminta Pemprov mengkaji ulang rencana pembangunan PLTN karena akan menganggu stabilitas keamanan, kesehatan dan kehidupan sosial warga," kata Koordinator Walhi simpul Wilayah Babel, Yudho Himawan Marhoed di Pangkalpinang, Jumat.
Ia menilai, rencana pembangunan PLTN di Babel terlalu dini dan prematur karena tidak melibatkan tokoh masyarakat, LSM dan masyarakat umum dalam perencanaan pembangunannya.
"Dampak PLTN lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya seperti dampak segi kesehatan warga apabila terjadi kebocoran, dampak sosial, pengamanan dan masyarakat masih banyak yang kontra rencana pembangunan PLTN tersebut," ujarnya.
Selain itu, kata dia, pembangunan PLTN di Babel belum didukung suber daya manusia (SDM) masyarakat yang masih rendah untuk menerima pemanfaat teknologi nuklir.
"SDM warga belum siap memanfaatkan teknologi nuklir itu, sebab, PLTN itu menuntut kedisiplinan dan kualitas kerja yang tinggi. Infrastruktur dan sumber daya manusia yang dimiliki belum siap untuk itu.
Selain itu, konsekuensi dari kehadiran PLTN itu sangat riskan dan dampaknya sangat besar jika terjadi kebocoran akibat kelalaian. Radiasi radio aktif dari uraniumnya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga lingkungan hidup," ujarnya.
Menurut dia, gagasan untuk menjawab kebutuhan listrik dengan menghadirkan PLTN, bukan sesuatu yang cerdas dan tepat.
"Kita memiliki sumber daya alam untuk sebagai energi pembangkit listrik yang sebenarnya bisa dikelola dengan baik tanpa menimbul kan dampak yang membahayakan warga dan lingkungan seperti tenaga air, matahari, angin dan lainnya yang lebih aman," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, diminta pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk meninjau ulang rencana pembangunan PLTN tersebut.
"Kami menolak pembangunan PLTN dan meminta pemerintah meninjau ulang rencana pembangunan tesebut karena dampaknya lebih besar dari manfaat PLTN tersebut," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar