Minggu, 31 Oktober 2010

Semen, Perekat Yang Menyatukan Keluarga Tiram

Terumbu tiram berkurang, karena dipanen berlebihan dan polusi mengurangi persediaan sebanyak 98 persen selama dua abad terakhir.

 
Dengan meningkatnya kesadaran akan peran tiram sebagai penyaring air, mencegah erosi, menjaga pantai dari kerusakan badai, dan menyediakan habitat bagi organisme lain, para peneliti telah menyelidiki bagaimana pembentukan terumbu tiram untuk lebih memahami dan memberikan petunjuk potensial organisme untuk proyek pengenalan kembali tiram.

Pada saat yang sama, para peneliti juga mempelajari berbagai perekat hewan laut, mengungkap sifat dasar yang dapat menghasilkan inovasi baru dari penggantian untuk memulihkan luka medis guna melapisi permukaan yang terus ditularkan melalui air oleh hewan laut pembonceng.

Kini, peneliti dari Universitas Purdue dan University of South Carolina menunjukkan bahwa tiram menghasilkan bahan perekat unik untuk merekatkan satu sama lain, sejenis semen yang berbeda dengan lem yang digunakan oleh organisme laut lainnya.

Para peneliti mempresentasikan temuan mereka di Pertemuan Tahunan American Chemical Society 2010 di Boston, Mass, pada 24 Agustus, dan mempublikasikan hasil temuan mereka dalam Journal of American Chemical Society edisi September.

“Kami ingin mempelajari bagaimana tiram menempel pada permukaan satu sama lain, ketika membangun struktur karang,” kata ahi kimia Purdue University, Jonathan Wilker, salah seorang peneliti utama dalam penelitian tersebut.

“Pengetahuan tersebut dapat membantu kita mengembangkan bahan biomedis, termasuk pengaturan perekat bedah basah. Wawasan ini juga dapat membantu kami mencegah bioadhesion laut untuk menjaga lambung kapal tetap bersih, sehingga mengurangi hambatan laju kapal, konsumsi bahan bakar, dan emisi karbon."

Wilker dan rekan-rekannya mempelajari tiram umum bagian Timur, Crassostrea virginica, yang dikumpulkan para peneliti dari Laboratorium Bidang Kelautan Barukh di pantai Carolina Selatan.

Dengan membandingkan (bagian dalam dan luar) cangkang tiram dengan materi yang me-rekatkan tiram ke tiram, para peneliti dapat menentukan komposisi kimia dari bahan penyemen.

“Hasil penelitian kami me-nunjukkan bahwa ada bahan perekat kimia yang berbeda merekatkan tiram bersama-sama,” kata Wilker. “Semen secara signifikan mengandung lebih banyak protein daripada cangkang. Kami juga mengamati baik besi maupun oksidasi berlebihan, Cross-linked protein (protein rangkai silang), yang mungkin memainkan peran dalam menyatukan material. “

Protein rangkai silang merupakan tema yang muncul dalam studi materi biologi laut, bahan utama perekat sejenis kijing/ remis, kerang, dan sekarang, tiram. Namun, tiram menggunakan protein jauh lebih sedikit dalam perekat mereka jika dibanding dengan bahan setara dari remis dan kerang.

Selain komponen protein yang relatif kecil, perekat tiram tampaknya lebih unik, sebagian besar terdiri dari kapur kalsium karbonat. Tiram tampaknya lebih menyukai perekat yang lebih menyerupai semen keras anorganik dan bukan seperti perekat organik dari organisme lain yang lebih lunak.

Penelitian ini didukung oleh National Science Foundation melalui program Chemistry of Life Processes di bawah hibah CHE-0952928 dan Office of Naval Research melalui program penelitian Biofouling-Control Coatings.

“Inilah secara tepat jenis interdisipliner, penelitian mutakhir yang berusaha kami dukung, terutama dengan melihat penelitian yang terletak di luar subdisiplin tradisional di lapangan,” kata Dan Rabinovich, program officer di NSF Division of Chemistry yang mendukung penelitian Wilker. “Ini merupakan sebuah kesepakatan dengan program-program Divisi yang disesuaikan kembali, yang tidak lagi membatasi tradisi ‘organik’, ‘anorganik,’ ‘fisik,’ atau ‘analisis’ descriptor dalam nama mereka.”

Selanjutnya para peneliti berharap dapat menentukan interaksi antara komponen-komponen semen organik dan anorganik. Kemudian, ahli kimia akan menggunakan apa yang mereka pelajari untuk membuat jenis bahan sintetis baru beserta lapisan yang mencegah perekatan.

“Dengan memahami bagaimana ragam organisme laut menempel pada permukaan, adalah mungkin untuk merancang pelapisan yang secara rasional untuk menghambat proses ini tanpa menggunakan komponen beracun,” kata Linda Chrisey, seorang petugas di Angkatan Laut program Bioscience dan program Biocentric Technology yang membantu membiayai penelitian. “Ini adalah salah satu tujuan dari program penelitian Office of Naval Research’s Biofouling-Control Coatings.”
 


1 komentar:

Anonim mengatakan...

mantap broo....

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More