Memang benar, beberapa tahun yang lalu, mesin diesel menempati posisi yang inferior ketimbang mesin bensin, karena citranya yang sudah melekat dengan asap knalpot yang hitam dan bau, mesin berisik, truk angkutan niaga, dan lain sebagainya. Tidak ada citra yang elit dan prestis, yang bisa melekat pada mesin diesel. Walaupun demikian, keuntungan penggunaan mesin diesel memang tak terbantahkan. Mesin diesel dapat menghasilkan tenaga kuda dan torsi yang tinggi, di putaran mesin yang lebih rendah daripada mesin bensin. Ini berimbas langsung pada keawetan umur mesin. Selain itu, konstruksi mesin diesel pun lebih konvensional dan sederhana, menjadikannya sebagai mesin yang bisa dioprek oleh nyaris semua bengkel di pelosok daerah sekalipun. Beberapa kalangan berkomentar, merawat mesin diesel jauh lebih gampang. Yang penting jangan lupa oli mesin, saringan udara dan saringan bensin.
Berbeda halnya dengan mesin bensin. Memang secara karakteristik, mesin bensin menghasilkan asap buangan dan kebisingan yang jauh lebih rendah daripada mesin diesel. Oleh karenanya, semua sedan mewah kelas atas dipastikan menggunakan mesin bensin. Namun perawatan mesin bensin adalah lebih rumit daripada mesin diesel. Apalagi jika mengingat teknologi mesin bensin terkini yang sudah dilengkapi dengan sistem injeksi, komputerisasi, dan lain sebagainya. Beberapa varian mobil bensin dengan sistem elektronik yang canggih bahkan akan langsung rusak dan tidak dapat dihidupkan ketika mendapat guyuran hujan deras atau terkena banjir.
Satu hal yang pasti, bahwa dalam perjalanan kedua jenis mesin tersebut untuk menyempurnakan dirinya, mesin bensin yang semakin canggih justru terasa semakin rumit perawatannya, dan tidak dapat dikerjakan oleh sembarang bengkel “di pinggir jalan”. Dan kini kecenderungan pasarnya adalah mencangkokkan komputer di setiap jenis mobil, bahkan yang kelas konsumen sekalipun. Selain adanya stigma bahwa mesin-mesin jenis tersebut harus meminum bensin kelas atas tanpa timbal, biaya perawatan pun meningkat.
Di sisi lain, mesin diesel yang semakin disempurnakan, tetap dapat mempertahankan karakteristik dan kesederhanaannya. Yang biasanya berbeda adalah penambahan suplai udara ke ruang bakar lewat mekanisme turbo, dan penggunaan solar kelas atas untuk jenis mesin diesel commonrail. Namun hingga saat ini, masih banyak mobil kelas konsumen yang terbaru, yang dilengkapi dengan mesin diesel konvensional, yang tidak menuntut macam-macam dalam penggunaan dan perawatannya.
Dengan kata lain, kini pamor mesin diesel meningkat cukup signifikan, karena kemampuannya untuk semakin mempercantik diri, dengan tetap mempertahankan keunggulan inheren yang ada padanya. Kini mesin-mesin diesel tidak lagi mengeluarkan asap hitam, getarannya halus, dan tetap bekerja optimal di putaran mesin rendah. Bahkan kelebihan mesin diesel yang tak terbantahkan adalah bahwa ia bekerja lebih optimal di suhu mesin yang justru panas. Dan dengan kerja maksimal di putaran rendah, maka penggunaan pendingin interior pun tidak mengganggu performa mesin secara keseluruhan.
Ketika IIMS 2007 berlangsung, ada seorang representatif mobil diesel yang saya tanyakan seputar kampanye hijau yang mereka galakkan. Saya berkata, apakah mungkin mesin diesel mengemban amanat lingkungan, sehubungan dengan asap hitam dan bau yang diproduksinya. Nah, sang representatif itu pun berkata dengan singkat pada saya.
Kamu tau kan banyak muda-mudi yang “macam-macam” di mobil bergoyang dan kemudian meninggal dunia di dalam mobilnya? Ya, saya tahu banyak kasusnya, jawab saya. Dia bertanya lagi. Nah, adakah yang mobilnya berjenis diesel? Sejenak saya berpikir dan tertegun. Rasanya tidak ada Pak. Dia menukas. Bukannya rasanya, tapi memang tidak ada! Saya tersenyum, lalu bertanya mengapa. Dia menjawab, bahwa walaupun wujud gas buangnya bau dan berwarna hitam, namun kandungan racun gas buang diesel jauh lebih rendah dari mesin bensin yang tidak berbau dan tidak berasap. Seketika itu juga saya mengangguk setuju.
Jadi kesimpulannya, satu hal yang harus diperhatikan oleh produsen-produsen otomotif bermesin bensin, adalah bahwa teknologi mereka harus cukup canggih dan ramah lingkungan, tanpa meninggalkan kemudahan perawatan dan penggunaan mesin bensin tersebut. Karena jika tidak, suatu saat mesin diesel akan menjadi pemenang perdebatan ini. Apalagi ditambah dengan kehadiran minyak bakar bio-diesel yang ramah lingkungan, dan asap buangannya malah berbau makanan yang digoreng.
Dan faktanya, kini semakin banyak sedan mewah, bahkan sekelas Mercedes-Benz sekalipun, yang mengadaptasi mesin diesel. Inilah tantangan serius bagi mesin bensin. Kita lihat saja nanti siapa pemenangnya.
Sumber : http://fajarmeilan.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar