Minggu, 05 Desember 2010

Energi Surya untuk Negara Berkembang


Listrik tenaga surya telah menjadi solusi untuk desa-desa terpencil di negara dunia ketiga. Bagi daerah yang belum terjangkau jaringan listrik darat, beberapa panel surya telah membawa perubahan. Layaknya siang dan malam. 

Masalah kekurangan listrik di daerah terpencil sebenarnya bisa diatasi dengan menyediakan generator pembangkit listrik. Tapi, mesin itu mahal dan perawatannya tidaklah mudah. Masalah lain adalah bensin atau solar yang dibutuhkan untuk menjalankan generator. Bahan bakar, yang sangat berpolusi ini, tidaklah mudah didapat. 

Dalam situasi seperti itu. Sebuah sistem sederhana yang terdiri dari beberapa panel surya dan aki bisa membuat perbedaan. 

Beda Jauh
 
'Kami sudah bertahun-tahun melakukan uji coba di Indonesia. Tepatnya di Desa Sukatani. Waktu itu, kami berhasil menyediakan listrik untuk seluruh desa dari panel surya', kata Gosse Boxhoorn, direktur satu-satunya perusahaan pembangkit listrik tenaga surya Belanda, Solland Solar. 

Sistem kerja panel itu pun sangatlah sederhana. Pada setiap atap rumah penduduk ditaruh panel surya berukuran kecil. 'Ini menghasilkan cukup listrik untuk bisa dipakai pada malam hari', kata Boxhoorn. 

Sedikit listrik berhasil membuat perubahan besar. Radio dan televisi bisa masuk desa. Sekolah juga bisa buka malam hari. Desa-desa dengan panel surya mengalami perkembangan ekonomi. Demikian menurut Gosse Boxhoorn, berdasarkan pengamatannya. 

Keajaiban yang Mahal?
 
Panel surya adalah keajaiban kecil. Hanya dibutuhkan lempengan-lempengan besi, atau bahan lain yang mengkilat, berukuran mini untuk mengubah tenaga surya menjadi listrik. 'Sinar matahari yang jatuh ke panel akan menimbulkan percikan listrik. Aliran listrik ini bisa ditampung', jelas Boxhoor. 

Namun demikian, produksi panel surya sangat pelik. Proses pembuatan panel terdiri dari berpuluh-puluh tahap. Semuanya harus dilakukan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Semua ini untuk menghasilkan satu panel surya yang mampu menyerap sebanyak mungkin sinar matahari. 

Peliknya proses produksi mengakibatkan mahalnya panel surya. Ini menjadi masalah dalam upaya memperkenalkan teknologi pembangkit listrik ini dalam skala besar. Tapi, menurut Boxhoorn, meningkatnya permintaan pasar atas tenaga surya akan merubah keadaan ini. 

Pasar panel surya tumbuh 40 persen tiap tahunnya. Diperkirakan dalam sepuluh tahun ke depan biaya produksi listrik tenaga surya di Belanda akan turun di bawah 20 sen Euro per kilo watt listrik. Di negara dunia ketiga, yang mendapatkan lebih banyak sinar matahari, penurunan harga akan terjadi lebih cepat lagi. 

Alternatif Panel
 
Menurut Profesor Laurens Siebeles dari Technische Universiteit, TU, Delft, Belanda, kita tidak usah bergantung pada mekanisme pasar. Ada cara lain yang lebih murah untuk menghasilkan panel surya. Ia dan para peneliti lain tengah berupaya keras menciptakan panel surya yang lebih murah dan baik. 

Cara yang pertama adalah dengan menggunakan bahan murah, misalnya plastik. Bahan ini mungkin akan menghasilkan lebih sedikit listrik. Tapi, karena bahannya murah bisa dibuat sebanyak mungkin panel surya. Jadi, akan dihasilkan banyak listrik juga. 

Alternatif lain adalah dengan mengembangkan generasi panel surya berbahan dasar nano-kristal. Kristal-kristal kecil yang mengkilap ini bisa menangkap dan menahan sinar matahari. Sinar yang terperangkap di dalam kristal terus bergerak sehingga bisa menghasilkan energi listrik. 

Mungkin masih lama sebelum panel surya dari kristal ini bisa menjadi kenyataan. Tapi, panel surya dari plastik bisa sangat membantu desa-desa di negara berkembang. 'Panel surya dari plastik lebih murah daripada panel yang sekarang dipakai. Selain itu listrik yang dihasilkan juga lebih bersih', kata Siebeles. 

sumber berita dan foto Radio Netherland Worldwide 



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More